AGAR IMAN KUAT DAN KOKOH

Seorang muslim hendaknya menyadari bagaimana kualitas imannya dengan senantiasa berfikir tentang al kholiq, berfikir tentang ciptaanNya dan instrospeksi tentang amal ibadah yang dilakukan selama ini. Karena iman ( Aqidah ) itu yang akan menjaga ummat Islam tetap dalam jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT. Jika aqidah lemah atau menyimpang, maka amalpun juga akan lemah dan tidak ada artinya lagi.


Aqidah dalam bahasa Arab diambil dari kata al-‘aqd, artinya: kuat, ikatan, kokoh, mengokohkan. [Lihat: Lisânul ‘Arab, bab ‘aqada]

Sedangkan secara istilah, aqidah artinya: Keimanan yang kuat kepada Allâh, dan hak-Nya yang berupa tauhid, keimanan kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta keimanan kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dan perkara lainnya yang bercabang dari pokok-pokok ini dan termasuk padanya yang termasuk ushuludin (pokok-pokok agama). [Risâlah Mujmal Ushûl Aqîdah Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah, hlm.5]

Iman kokoh harus melalui proses berfikir

Agar kita berada dalam iman yang kuat, maka hendaklah diawali dengan berfikir tentang alam semesta, manusia dan kehidupan lalu melakukan proses perenungan sehingga didapati ma’rifat kepada Allah SWT

Imam Syafii dalam Kitab Fiqhul Akbar menyebutkan , Kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah  berfikir dan mencari dalil  untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala.  ( Imam Syafii – Kitab Fiqhul Akbar )

AL Qur’an juga memberikan bahan renungan dalam firmanNya :

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْأ(19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [ Al Ghasiyah 88 : 17-20 ]

Perhatikan skema dibawah ini :

Konsekuensi setelah memahami hakekat ciptaan ALlah, merenungkan akan kekuasaan Allah dan menyadari kelemahan hamba , maka sudah seharusnya kita dengan (1). Meyakini  segala sesuatu yang disampaikan dalam Islam (2). Berusaha sungguh-sungguh Terikat dengan aturan ( hukum-hukum ) yang diturunkan oleh Allah SWT, karena kita harus mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan-Nya. Karena menyimpang dari syari’atnya tidak hanya celaka di akhirat kelak, tetapi juga rugi, dan nestapa dalam kehidupan di dunianya.

Ali bin Abi Thalib mengatakan:

 Tiga hukuman bagi orang yang berbuat maksiat, yaitu : Penghidupan yang serba sulit, Sulit menemukan jalan keluar dari himpitan persoalan, dan Tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya kecuali dengan melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى‎).

Bandingkan bagaimana keimanan para sahabat, dan yang diharapkan Nabi SAW, ada dalam Al Quran, Mari renungkan Firman Allah dibawah ini…

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka di panggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rosul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan “ Kami mendengar dan Kami patuh” Dan merekalah orang-orang yang beruntung

(TQS An-Nuur :51) 

Related Post

Ruqyah Syariyyah Semarang Madu Ruqyah | Jual Madu Ruqyah Semarang Manfaat Herbal ruqyah dengan madu | Khasiat Madu Ruqyah |

Leave a comment