Persoalan takdir adalah bahasan aqidah. Maka bahasan ini adalah persoalan penting yang harus kita pahami oleh ummat Islam agar tidak salah atau ragu dalam mensikapi persoalan tkdir/qodo’. Masdalah yang sering ditanyakan dan dibahas adalah, apakah takdir bias dirubah atau tidak? Jika tidak bias dirubah , lantar apa peran amal, doa dan ikhtiar hamba? Tulisan ini akan mencoba menjelaskannya.
Nabi SAW telah bersabda :
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ، وَلاَ يُزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ
“Tidak ada yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa, dan tidak bisa menambah umur kecuali dengan kebaikan” [ HR. Tirmidzi ]
Bagaimana kita mnsikapi hadits di atas? sementara kita menyaksikan hadits lainnya yang berbunyi :
Demikian hadits lainyya :
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Sebelum lebih dalam mengulas tentang takdir, kita harus tahu terlebih dahulu yang berkaitan dengan takdir adalah masalah Ilmu Allah, Alkitaabah [ Penulisan Kitab Allah], masyi’atullah[ Irodah/ KehendakNya] dan Al Kholq [ Penciptaan].
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al Hajj: 70)
“Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun [50.000 ] sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)
وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ (الرعد:11
“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”[ Ar Ro’du : 11].
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Allah-lah yang Menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” (QS. Ash Shoffaat 37: 96)
Kalau kita simpulkan dari berbagai dalil al qur’an dan sunnah terkait takdir akan kita dapatkan 4 kesimpulan sebagai berikut :
- Takdir Mubram [ final / mutlaq], adalah takdir yang telah tertulis di lauh mahfudz yang tidak ada makhluk yang tahu kecuali Allah SWT dan tidak pernah berubah. Apa yang akan terjadi semua telah tertulis di dalamnya.
Sebagaimana sabdanya :
“Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun [50.000 ] sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدْ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لاَ يُرَدُّ – مسلم-
“Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah menentukan sesuatu maka tiada seorangpun yang sanggup menolaknya”.
وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ (الرعد:11
“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Demikian juga hadits diaolog Nabi dengan Abdullah bin Abbas, diakhir sabdaya mengatakan :
رُفِعَتْ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’ (HR. Turmudzi)
- Takdir Sanawi [ tahunan]
Pada takdir Ini ditetapkan Allah melalui para malaikat Allah SWT setiap tahunnya ketika malam lailatul qodar. Nabi meminta ummat nya untuk banyak beribadah dan berdoa pada malam itu.
تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. [ Al Qodr 97 : 4]
- Takdir Saat ruh [ Nyawa] ditiup ke jasad pada bayi umur 120 hari.
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، وَيُقَالُ لَهُ: اكْتُبْ عَمَلَهُ، وَرِزْقَهُ، وَأَجَلَهُ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama 40 hari berupa nutfah (air mani yang kental), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu, kemudian diutus kepadanya malaikat untuk meniupkannya ruh, dan dia diperintahkan mencatat empat kata yang telah ditentukan: rezekinya, ajalnya, amalnya, kesulitan atau kebahagiannya
- Takdir Yaumi [ Muallaq], takdir yang bergantung dan bersyarat. Dalam takdir ini Allah berkehendak merubah takdir hambaNya kapan saja yang dikehendakiNya, dan itu juga sudah tertulis di lauh Mahfudz. Namun demikian pada wilayah yang manusia kuasai [ manusia kerjakan] akan dimintakan pertanggungjawabannya dihadapan Allah.Sekalipun kita pahami bahwa seluruh perbuatan hamba baik atau buruk itu dalam wilayah takdirNya. Oleh karena itu Nabi memerintahkan banyak-banyak berdoa, beramal baik dan bersilaturrahmi.
يَمْحُو اللّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ (الرعد: 39)
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”.
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُم-المؤمنون: 60-.
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” (QS Al-Mu’min 60).
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأُ لَهُ فِي أَثْرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – البخاري-
“Siapa saja yang ingin dimudahkan rezqinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturrahim”.[HR. Bukhari ]
Ibnu Qutaibah dalam kitabnya “Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits”, beliau menjelaskan bahwa “Ta’jil” memiliki dua makna: pertama: Kehidupan yang lapang, kemudahan rezqi dan sehat jasmani. Kedua: Penambahan umur, di mana Allah Swt mentakdirkan seseorang dengan dua takdir umur, yaitu 100 dan 80, jika seseorang menyambung silaturrahim maka ia akan mencapai 100 tahun umurnya, namun jika tidak maka ia hanya akan dapat umur 80 tahun.
Hal serupa dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitab “Fathu al-Baari”, beliau menerangkan bahwa sesungguhnya hadits dan ayat “Ta’jil” boleh digabungkan bersama, yaitu dengan memahaminya kepada dua bahagian. Yang pertama: Maksud penambahan adalah Allah menambahkan keberkatan hidup bagi seorang mu’min yang menjalin silaturrahim. Yang kedua: Hakikatnya adalah penambahan umur, di mana seseorang yang menjalin dan menyambung silaturrahim akan ditambahkan umurnya secara angka., sedang Ibnu katsir memahami penambahan umur tersebut adalah umur yang barakah.
Disebutkan dalam hadits Jabir dalam Shahih Muslim, ketika Suraqah bin Malik bin Ju’syum datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepada kami tentang agama kami, seolah-olah kami baru diciptakan pada hari ini, yaitu mengenai amal perbuatan hari ini, apakah berdasarkan pada apa yang telah tertulis oleh tinta pena (takdir) yang sudah mengering dan takdir-takdir yang telah ditentukan, atau berdasarkan dengan apa yang akan kita hadapi?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan berdasarkan pada tinta pena yang telah kering dan takdir-takdir yang telah ada.” Ia bertanya, “Lalu, untuk apa kita beramal?” Beliau menjawab : “Beramallah! Sebab semuanya telah dimudahkan.” Dalam sebuah riwayat disebutkan : “Setiap orang yang berbuat telah dimudahkan untuk perbuatan-nya.” (HR. Muslim)
Ada suatu kisah, di mana pada suatu hari malaikat Izra`il, malaikat pencabut nyawa, memberi kabar kepada Nabi Daud a.s., bahwa si Fulan minggu depan akan dicabut nyawanya. Namun ternyata setelah sampai satu minggu nyawa si Fulan belum juga mati, sehinggalah Nabi Daud bertanya, mengapa si Fulan belum mati-mati juga, sementara engkau katakan minggu lepas bahwa minggu depan kamu akan mencabut nyawanya.
Izra`il menjawab, “ya betul saya berjanji akan mencabut nyawanya, tapi ketika sampai masa pencabutan nyawa, Allah memberi perintah kepadaku untuk menangguhkannya dan membiarkan ia hidup lagi untuk 20 tahun mendatang, Nabi Daud bertanya, mengapa demikian?, Jawab Izra`il: orang tersebut sangat aktif menyambung silaturrahim sesama saudaranya. Karena itu Allah memberikan tambahan umur selama 20 tahun kepadanya.
Kejadian juga pernah dialami seorang Yahudi pembawa kayu bakar, dimasa Nabi SAW yang diinformasikan Nabi akan mati hari itu dengan dipatuk ular. Namun karena amal di pagi harinya dengan mensedekahkan separo rotinya [ karena hanya ada sepotong roti dirumahnya], di pagi hari kepada tetangganya yang kelaparan, akhirnya Allah merubah takdir yang telah dicatat oleh malaikat saat itu, hingga dia masih tetap hidup dengan waktu tertentu. Allahu A’lan bi Ash-Showab.
Arif AL Qondaly | MTI Semarang