Banyak diantara kita yang belum memahami perbedaan antara bisikan hawa nafsu dan syaithon. Dan terlebih lagi bagaimana cara mengalahkan godaan hawa nafsu dan bisikan syaithon. Kegagalan memahami kedua hal tersebut menyebabkan manusia akan terus berkubang pada perbuatan dosa dan buruk jiwanya. Sebaliknya , jika mampu memahami kedua hal tersebut kita akan mampu terlepas dari jerat hawa nafsu dan belenggu syaithon yang terkutuk.
Secara bahasa “hawa” bermakna “keinginan-syahwat” dan “nafsu” bermakna “diri sendiri”. Hawa Nafsu adalah keinginan diri sendiri. Mengikuti hawa nafsu artinya memperturutkan keinginannya sendiri, bukan “keinginan Allah” Atau “keinginan orang banyak”, merasa benar sendiri bukan kebenaran menurut Allah dan kebenaran orang banyak.
Dalam kitab Minjahul ‘Abidin, karya Imam Al Ghozali, cara membedakan apakah itu bisikan syetan atau hawa nafsu adalah , jika khatir (bisikan) itu kuat tidak berkurang dan tidak menjadi lemah dengan zikrullah dan tidak bisa hilang, maka itu dari hawa nafsu. Tapi jika dengan dzikrullah bisa hilang maka itu dari setan.
Sedang dalam kitab al Minahu as Saniyah disebutkan: jika kita ingin sekali menyakiti orang lain, dan tidak akan berhenti keinginan itu sebelum menyakitinya, belum puas sebelum melaksanakannya, maka itu adalah godaan Nafsu. Nah jika kita ingin menyakiti orang, tapi kemudian muncul rasa kasihan, namun muncul lagi untuk menyakiti orang yg lain, dan begitu seterusnya, maka ini adalah godaan syaitan. Sebab bagi syaitan ndak penting siapa yg disakiti, yang penting kita “menyakiti”, yang penting berdosa apa pun bentuknya dan kepada siapa pun.
Bagaimana Melawan Keduanya ?
Dalam surah An Nas disebutkan bahwa pembisik itu (al muwaswis) ada dua, yaitu jin-syaithan dan “Hawa Nafsu Manusia”. Mengenali dua macam pembisik itu menjadi pintu mengobatinya. Dalam kitab Minhajul ‘abidin, diterangkan bahwa mengalahkan hawa nafsu terdapat 3 cara yaitu : Mengekang keinginannya, membebani dengan beribadat kepad Allah, dan senantiasa berdoa mohon pertolonganNya.
Secara umum setidaknya ada 5 cara dari Al Quran dan Sunnah untuk menjaga diri dari godaan nafsu dan dari syaithon, sebagai berikut :
- Menjaga Selalu Ikhlas dalam beribadah
Dalam Al-Quran surat Shaad ayat 77-83, Allah menjelaskan bahwa iblis bersumpah akan selalu mengganggu dan menyesatkan seluruh umat manusia, dan orang yang mukhlis yang bisa selamat.
“Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad: 77-83)
- Senantiasa Perbaiki Hati Dengan Dzikir dan Tafakkur
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Fawaa’idul Fawaa’id menjelaskan, “Buah pikiran, bisikan hati, kehendak, dan cita-cita adalah hal-hal yang harus diprioritaskan untuk anda perbaiki. Sebab semua itu adalah inti dan hakikat diri anda. Inti ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah atau justru menjauhkan anda dari-Nya.”
الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ، فَإِذَا ذَكَرَ اللَّهَ خَنَسَ وَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ
“Setan itu senantiasa mendekam dalam hati bani Adam. Jika bani Adam berzikir kepada Allah, maka ia bersembunyi dalam hatinya. Dan ketika ia lupa kepada-Nya, maka setan kembali membisikinya.”
- Jauhi Sikap Mengandai-andai
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengingatkan kita, dengan sabdanya yang artinya:
Jika sesuatu (yang tidak engkau inginkan) menimpamu, maka janganlah engkau katakan ‘andaikan aku melakukan begini dan begitu tentu akan begini dan begitu’ namun katakanlah “Qodarullah wa ma syaa’a fa’ala” karena kalimat seandainya itu akan membuka (pintu) perbuatan syaithon.” [HR. Muslim]
- Jangan Menunda Amal Kebajikan
Imam Muslim meriwayatkan dalam hadisnya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ».
“Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah beramal, sebelum datang fitna (ujian, godaan, keadaan genting yang sulit membedakan antara yang haq dengan yang batil-pen) laksana lipatan malam yang gelap, pada pagi hari seorang menjadi seorang yang beriman dan di sore hari menjadi seorang yang kafir atau sore hari menjadi seorang yang beriman dan pagi hari menjadi seorang yang kafir, (karena) ia menjual agamanya (hanya) dengan sebagian dari dunia.” (HR. Muslim).
- Berdo’a Mohon perlndungan Allah dari Bisikan syaithon
Selalu berdoa memohon perlindungan dari godaan bisikan setan dengan membaca doa berikut ini
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
Artinya: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”. (QS. Al-Mukminun [23]: 97-98)
Dengan memperhatikan ke 5 hal diatas insyaAllah kita akan selamat dari godaan syaton dan mampu mengendalikan hawa nafsu kita. Dan tanda kita mampu menjaga keduanya itu jika kita bisa menjaga dan menjalankan setiap apa yang diperintahkan Allah berupa hukum syariat yang wajib dan yang sunnah, dan menjauhi hukum Allah yang dilarang ( haram) dan menghindari diri dari hukum yang makruh, serta mengurangi perkara yang mubah. Untuk mampu membedakan hukum-hukumNya tentu kita harus terus mengaji, mempelajari dan mengamalkan Dienul Islam secara kaffah. Allahu a’lam bi ash-showab.
Arif T Al Qondaly
RELATED POST